Shell Upstream Overseas Ltd memastikan untuk angkat kaki berasal dari Blok Masela dikarenakan tekanan arus kas akibat proyek-proyek di negara lain yang terhambat. Artinya, Inpex Corporation yang tadinya bermitra bersama dengan Shell mesti melacak rekanan baru untuk mengembangkan ladang gas di Maluku.
Hal tersebut dibenarkan Deputi Operasi SKK Migas Julius Winarto. “Belum mundur resmi, tetap melacak calon mitra untuk pengalihan participating interest.
Diketahui, perusahaan asal Jepang Inpex Corporation bersama dengan Shell sebelumnya di tandatangani kontrak amendemen bagi hasil biaya recovery termasuk pas tambahan 7 th. alokasi dan perpanjangan proyek kilang gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG) Abadi bersama dengan SKK Migas pada 11 Oktober 2019.
Dengan mundurnya Shell, Inpex ulang terhubung kesempatan perusahaan migas lain untuk berhimpun mengelola Blok Masela.
Penandatanganan itu menandai pelaksanaan perjanjian formal tentang persyaratan kontrak kerja serupa (production share contract/ PSC) yang sebelumnya disepakati dan diumumkan pada Juli 2019.
Salah satunya, PT Pertamina (Persero) yang dulu menunjukkan minatnya untuk turut berpartisipasi didalam proyek tersebut. “Kemungkinan Pertamina masuk ada. Terbuka peluang,” ucap Julius.
Lebih lanjut, Julius termasuk menjelaskan mundurnya Shell berasal dari proyek tersebut sesungguhnya bakal berdampak pada progres proyek Abadi di Blok Masela Flow Meter Solar. Namun, ia tetap optimistis mampu mengejar keterlambatan proyek mengingat pas pengerjaan yang tetap 7 tahun-8 tahun.
“Potensi terlambat tersedia saja, tetapi kan pas tetap lama ya lebih kurang 7-8 th. menjadi tetap bakal tersedia upaya-upaya recovery. Semoga mampu selalu onstream pada 2027. Proyek mesti jalur konsisten meskipun tertatih-tatih,” tuturnya.
Kabar mundurnya Shell berasal dari proyek lapangan gas abadi Masela sebelumnya sesungguhnya sempat mencuat.
Shell dikabarkan tengah melacak investor untuk menjual 35 prosen sahamnya di proyek Blok Masela dan berharap mampu beroleh dana US$1 miliar berasal dari penjualan sahamnya pada proyek bernilai US$15 miliar itu.
Rencananya, dana tersebut bakal digunakan untuk membantu pembayaran untuk pembelian BG Group senilai US$54 miliar yang dijalankan pada 2015 lalu.
Selain Shell, porsi saham partisipasi didalam proyek tersebut dimiliki Inpex sebesar 55 prosen dan sisanya digenggam badan usaha milik area (BUMD) sebesar 10 persen.
Meski demikian, VP External Relation Shell Indonesia Rhea Sianipar enggan berkomentar berkaitan konsep mundurnya Shell berasal dari Masela. “Terkait ini belum tersedia komentar berasal dari Kami. Terima kasih,” tandasnya.